Dari sekian banyak cerita perjalanan saya di Indonesia, Taman
Nasional Komodo menjadi salah satu tempat yang punya paling banyak
cerita. Terlalu banyak keindahan yang bisa di ceritakan sampai tiada
habisnya.
Saya mengunjungi Taman Nasional Komodo bertepatan dengan acara puncak
Sail Komodo 2013. Sengaja saya pilih waktu yang bertepatan dengan acara
tersebut, agar dapat merasakan nuansa salah satu acara pariwisata
terbesar di Indonesia. Banyak sekali serangkaian acara yang di
selanggarakan pada acara puncak Sail Komodo 2013, mulai dari acara
pariwisata dan acara budaya. Saking banyaknya, saya harus membagi waktu
untuk menikmati kedua acara tersebut.
Sabtu pagi yang cerah saya sudah berdiri di dermaga Labuan Bajo, dan
siap untuk berpetualang di Taman Nasional Komodo selama satu hari penuh.
Sengaja saya memilih one day trip, karena saya ingin melihat pergelaran budaya di hari berikutnya.
Penjelasan mengenai trekking oleh ranger.
Selamat datang di Taman Nasional Komodo!
“Hari ini ada dua pilihan, pilihan pertama kita ke Pulau Komodo dan
Pulau Rinca, tapi kita tidak ke pulau-pulau kecil di sekitarnya untuk snorkeling,
karena waktu pasti tidak akan cukup. Dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo
saja akan ditempuh selama tiga jam, pulang pergi sudah enam jam dan itu
cuma perjalanannya saja,” ujar sang penjaga kapal. “Pilihan kedua, kita
ke Pulau Rinca saja—tidak usah ke Pulau Komodo—kemudian kita bisa
keliling ke Pulau-Pulau sekitarnya sambil snorkeling,” lanjut penjelasan dari penjaga kapal.
“Enaknya bagaimana ya, Pakl supaya bisa berpetualang dari pagi sampai
sore sampai puas,” tanya saya dan keempat rekan saya serentak. “Saran
saya lebih baik pilihan kedua saja, kita tidak usah ke Pulau Komodo,
karena terlalu jauh dari Labuan Bajo. Kalau hanya mau lihat komodo saja
sih mending ke Pulau Rinca, di sana lebih banyak komodonya daripada di
Pulau Komodo. Dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca pun tidak begitu jauh,
hanya sekitar satu setengah jam. Setelahnya kita masih punya banyak
waktu untuk mengelilingi pulau-pulau kecil di sekitarnya yang lebih
eksotis dari Pulau Komodo, bisa menikmati pantainya dan snorkeling lebih lama,” jelas petugas kapal sembari memberi saran.
“Sip deh Pak kalau begitu, kita pakai pilihan kedua saja
untuk petualangan hari ini,” serentak saya dan keempat teman saya
memilih. Suara bising mesin kapal pun mulai terdengar, dan kapal siap
berlabuh meninggalkan dermaga Labuan Bajo.
Pulau Sebayur. Cantik, ya?
Savana di Taman Nasional Komodo.
Kapal terus melaju menembus ombak, saya melihat banyak kapal-kapal
yang lego jangkar yang akan meramaikan acara puncak Sail Komodo 2013.
Saya sungguh terkesan dengan panorama yang luar biasa terbentang
dihadapan mata saya, laut yang biru, dan pulau-pulau menjadi perpaduan
yang mempesona.
Asyik mengobrol dengan rekan-rekan saya, satu setengah jam berlalu
tanpa terasa tiba-tiba kapal sudah mendekat ke Dermaga Pulau Rinca.
Setelah merapat kami pun perlahan menuruni kapal dan siap berpetualang
di Pulau Rinca.
Tak jauh dari dermaga terdapat pintu masuk Pulau Rinca, di pintu
masuk saya dan rekan-rekan saya langsung di sambut oleh ranger yang akan
mendampingi saya Trekking di Pulau Rinca. Baru saja melewati pintu
masuk, saya langsung disuguhi tanah lapang berisi pohon-pohon bakau,
terhampar perbukitan savana yang membuat saya merasa sedang berada di
Afrika.

Komodo!
Komodo Resort.
Sebelum trekking dimulai saya dan rekan-rekan saya harus
lapor dahulu di pos lapor dengan menulis identitas diri masing-masing,
semacam buku tamu. Kemudian setelah itu ranger menjelaskan tentang jenis-jenis trekking.
Di Pulau Rinca ada beberapa trek yang bisa dipilih. Dari jalur pendek
sampai panjang yang memakan waktu satu hingga tiga jam. Rute trekking-nya sama sekali tidak membosankan. Oleh ranger
saya diajak menanjak, menurun, melewati bebatuan dan hutan menikmati
nuasa liar Pulau Rinca. Sungguh terasa petualangan liarnya.
Baru beberapa meter berjalan dari pos lapor, komodo-komodo sudah menyambut. Mereka berada di bawah rumah dan dapur para ranger.
Para komodo banyak berkeliaran di sini, berkeliarannya komodo di area
ini karena bau makanan yang memancing mereka berkumpul. Penciuman hewan
pemangsa ini memang sangat tajam. Para komodo tanpak sedang tiduran di
tanah, namun para ranger tetap menginstruksikan saya agar tetap waspada,
sambil waspada saya tetap berfoto mengambil gambar dengan sudut yang
pas.
Trekking dilanjutkan kembali, di tengah trek saya melewati
sarang tempat komodo bertelur. Sarang komodo ini berbentuk lubang
berkedalaman sekitar 2 meter. Di tempat inilah sang kadal raksasa ini
bertelur. Tampak di dekat lubang tersebut seekor komodo betina yang
menjaga sarang.
Sepanjang trekking, ranger terus mengingatkan agar
tetap waspada dan berhati-hati. Terutama saat berada di sekeliling
pepohonan karena anak komodo biasanya tinggal di atas pohon. Jangan
sampai tertiban atau kejatuhan ludahnya yang mengandung banyak bakteri.
Itulah mengapa, para peserta trekking harus selalu berada dekat dengan rangernya. Agar lebih aman dan perjalanan trekking lebih nyaman.
Dari sepanjang jalan trekking tempat trekking di Pulau Rinca
yang menurut saya paling berkesan adalah saat berada di Puncak Bukit.
Saat saya berada di puncak bukit saya memberhentikan sejenak langkah
saya dengan pandangan mata melihat sekeliling. Terhampar birunya laut
yang bergradasi dengan birunya langit, ditambah dengan hijaunya
pepohonan di kejauhan. Sungguh panorama yang indah dipandang, amat
menenangkan mata. Kumpulan bebatuan dan ilalang semakin menambah
keelokannya. Apalagi kala itu cuaca sedang bagus dan mendukung,
pemandangan semakin luar biasa.
Tak terasa trekking pun usai, puas berpetualang di Pulau
Rinca, saya lekas melanjutkan petualangan selanjutnya yaitu menuju Pulau
Sebayur. Pulau Sebayur berada tepat di perbatasan Taman Nasional
Komodo. Pulau ini bisa dicapai dengan menempuh perjalanan laut kira-kira
selama setengah jam dari Pulau Rinca ataupun selama kira-kira 1,5 jam
dari Pulau Labuan Bajo. Kala itu perjalanan kapal agak cepat, hanya
sekitar satu jam kapal sudah merapat di dermaga Pulau Sebayur.
Pulau Sebayur dikenal oleh banyak pelancong sebagai salah satu di antara lokasi menyelam dan snorkeling
yang paling bagus di Kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau ini disewakan
oleh pemerintah kepada pihak asing dalam jangka waktu yang cukup lama,
kurang lebih selama 30 tahun, investor asing yang menyewa tanah di Pulau
ini membangun fasilitas penginapan yang luar biasa indahnya. Suatu
kombinasi yang sempurna, pulau indah yang dikelilingi oleh laut,
difasilitasi dengan resor yang menawarkan, laksana sebuah area pantai
dan pulau pribadi.
Resor di pulau ini bernama Komodo Resort. Saya tidak menginap di
sini. Dari luar, resor sangat terlihat antik sekaligus mewah,
masing-masing kamar memiliki sebuah teras pribadi di mana orang bisa
menikmati pemandangan laut. saya berpikiran suatu saat nanti ingin bulan
madu di sini.
Saya juga merasa puas mengamati keindahan ekosistem penghuni dasar
laut, mulai dari koral, terumbu karang, beragam jenis ikan cantik bisa
diamati dengan bebas di sini.
Pulau sebayur meninggalkan bekas keindahan yang sampai sekarang masih
terbayang di pikiran saya, dari sekian banyak pulau yang saya kunjungi
di Indonesia, Pulau Sebayur termasuk menjadi pulau terfavorit bagi saya.
Taman Nasional Baluran
sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai
macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik
manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun
manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti
udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada
suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk
kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman
Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang
cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari
ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa
dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering
dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama
yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang,
Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting,
Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik,
Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun
wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan
domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada
di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk
wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi
Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai
Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928,
AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi
perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh
perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa
mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai
Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai
hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9
tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan
kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan
Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980
bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa
Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan
TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo,
Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat
Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa
Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa
Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997
tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan
peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona
berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember
1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas
5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan
intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780
Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan
kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional,
yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi
Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan
Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN
Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara
27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah
angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan
pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan
April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari.
Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan
kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN
Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang
terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar
laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai
daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan
basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu
urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung
yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah.
Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi
miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang
tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar
berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang
berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan
rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat
subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa
pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur
pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan
permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai
kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk
kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai
dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat
sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah
menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang
menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar
sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi
banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai
mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada
permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah
pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan
Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai
(teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan,
tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di
permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan
daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air
tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada
beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi
dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa
yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang
kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di
daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar
kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia,
kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain
penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan
wiraswasta dan lain-lain.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Taman Nasional Baluran
sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai
macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik
manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun
manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti
udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada
suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk
kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman
Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang
cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari
ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa
dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering
dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama
yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang,
Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting,
Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik,
Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun
wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan
domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada
di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk
wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi
Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai
Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928,
AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi
perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh
perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa
mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai
Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai
hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9
tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan
kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan
Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980
bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa
Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan
TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo,
Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat
Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa
Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa
Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997
tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan
peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona
berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember
1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas
5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan
intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780
Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan
kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional,
yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi
Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan
Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN
Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara
27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah
angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan
pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan
April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari.
Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan
kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN
Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang
terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar
laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai
daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan
basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu
urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung
yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah.
Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi
miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang
tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar
berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang
berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan
rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat
subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa
pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur
pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan
permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai
kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk
kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai
dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat
sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah
menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang
menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar
sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi
banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai
mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada
permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah
pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan
Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai
(teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan,
tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di
permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan
daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air
tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada
beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi
dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa
yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang
kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di
daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar
kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia,
kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain
penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan
wiraswasta dan lain-lain.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Taman Nasional Baluran
sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai
macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik
manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun
manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti
udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada
suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk
kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya
dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman
Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang
cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari
ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa
dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering
dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama
yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang,
Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting,
Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik,
Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun
wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan
domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada
di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk
wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi
Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai
Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928,
AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi
perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh
perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa
mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai
Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai
hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9
tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan
kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan
Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980
bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa
Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan
TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo,
Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat
Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa
Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa
Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997
tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan
peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona
berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember
1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas
5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan
intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780
Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan
kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional,
yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi
Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan
Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN
Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara
27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah
angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan
pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan
April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari.
Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan
kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN
Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang
terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar
laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai
daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan
basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu
urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung
yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah.
Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi
miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang
tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar
berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang
berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan
rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat
subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa
pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur
pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan
permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai
kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk
kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai
dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat
sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah
menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang
menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar
sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi
banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai
mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada
permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah
pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan
Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai
(teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan,
tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di
permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan
daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air
tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada
beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi
dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa
yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang
kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di
daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar
kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia,
kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain
penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan
wiraswasta dan lain-lain.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !