Home » » Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo

Written By Unknown on Senin, 16 Maret 2015 | 01.25

Dari sekian banyak cerita perjalanan saya di Indonesia, Taman Nasional Komodo menjadi salah satu tempat yang punya paling banyak cerita. Terlalu banyak keindahan yang bisa di ceritakan sampai tiada habisnya.
Saya mengunjungi Taman Nasional Komodo bertepatan dengan acara puncak Sail Komodo 2013. Sengaja saya pilih waktu yang bertepatan dengan acara tersebut, agar dapat merasakan nuansa salah satu acara pariwisata terbesar di Indonesia. Banyak sekali serangkaian acara yang di selanggarakan pada acara puncak Sail Komodo 2013, mulai dari acara pariwisata dan acara budaya. Saking banyaknya, saya harus membagi waktu untuk menikmati kedua acara tersebut.
Sabtu pagi yang cerah saya sudah berdiri di dermaga Labuan Bajo, dan siap untuk berpetualang di Taman Nasional Komodo selama satu hari penuh. Sengaja saya memilih one day trip, karena saya ingin melihat pergelaran budaya di hari berikutnya.
Penjelasan mengenai trekking oleh ranger.
Selamat datang di Taman Nasional Komodo!
“Hari ini ada dua pilihan, pilihan pertama kita ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca, tapi kita tidak ke pulau-pulau kecil di sekitarnya untuk snorkeling, karena waktu pasti tidak akan cukup. Dari Labuan Bajo ke Pulau Komodo saja akan ditempuh selama tiga jam, pulang pergi sudah enam jam dan itu cuma perjalanannya saja,” ujar sang penjaga kapal. “Pilihan kedua, kita ke Pulau Rinca saja—tidak usah ke Pulau Komodo—kemudian kita bisa keliling ke Pulau-Pulau sekitarnya sambil snorkeling,” lanjut penjelasan dari penjaga kapal.
“Enaknya bagaimana ya, Pakl supaya bisa berpetualang dari pagi sampai sore sampai puas,” tanya saya dan keempat rekan saya serentak. “Saran saya lebih baik pilihan kedua saja, kita tidak usah ke Pulau Komodo, karena terlalu jauh dari Labuan Bajo. Kalau hanya mau lihat komodo saja sih mending ke Pulau Rinca, di sana lebih banyak komodonya daripada di Pulau Komodo. Dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca pun tidak begitu jauh, hanya sekitar satu setengah jam. Setelahnya kita masih punya banyak waktu untuk mengelilingi pulau-pulau kecil di sekitarnya yang lebih eksotis dari Pulau Komodo, bisa menikmati pantainya dan snorkeling lebih lama,” jelas petugas kapal sembari memberi saran.
Sip deh Pak kalau begitu, kita pakai pilihan kedua saja untuk petualangan hari ini,” serentak saya dan keempat teman saya memilih. Suara bising mesin kapal pun mulai terdengar, dan kapal siap berlabuh meninggalkan dermaga Labuan Bajo.
Pulau Sebayur. Cantik, ya?
Savana di Taman Nasional Komodo.
Kapal terus melaju menembus ombak, saya melihat banyak kapal-kapal yang lego jangkar yang akan meramaikan acara puncak Sail Komodo 2013. Saya sungguh terkesan dengan panorama yang luar biasa terbentang dihadapan mata saya, laut yang biru, dan pulau-pulau menjadi perpaduan yang mempesona.
Asyik mengobrol dengan rekan-rekan saya, satu setengah jam berlalu tanpa terasa tiba-tiba kapal sudah mendekat ke Dermaga Pulau Rinca. Setelah merapat kami pun perlahan menuruni kapal dan siap berpetualang di Pulau Rinca.
Tak jauh dari dermaga terdapat pintu masuk Pulau Rinca, di pintu masuk saya dan rekan-rekan saya langsung di sambut oleh ranger yang akan mendampingi saya Trekking di Pulau Rinca. Baru saja melewati pintu masuk, saya langsung disuguhi tanah lapang berisi pohon-pohon bakau, terhampar perbukitan savana yang membuat saya merasa sedang berada di Afrika.
Komodo!
Komodo!
Komodo Resort.
Sebelum trekking dimulai saya dan rekan-rekan saya harus lapor dahulu di pos lapor dengan menulis identitas diri masing-masing, semacam buku tamu. Kemudian setelah itu ranger menjelaskan tentang jenis-jenis trekking. Di Pulau Rinca ada beberapa trek yang bisa dipilih. Dari jalur pendek sampai panjang yang memakan waktu satu hingga tiga jam. Rute trekking-nya sama sekali tidak membosankan. Oleh ranger saya diajak menanjak, menurun, melewati bebatuan dan hutan menikmati nuasa liar Pulau Rinca. Sungguh terasa petualangan liarnya.
Baru beberapa meter berjalan dari pos lapor, komodo-komodo sudah menyambut. Mereka berada di bawah rumah dan dapur para ranger. Para komodo banyak berkeliaran di sini, berkeliarannya komodo di area ini karena bau makanan yang memancing mereka berkumpul. Penciuman hewan pemangsa ini memang sangat tajam. Para komodo tanpak sedang tiduran di tanah, namun para ranger tetap menginstruksikan saya agar tetap waspada, sambil waspada saya tetap berfoto mengambil gambar dengan sudut yang pas.
Trekking dilanjutkan kembali, di tengah trek saya melewati sarang tempat komodo bertelur. Sarang komodo ini berbentuk lubang berkedalaman sekitar 2 meter. Di tempat inilah sang kadal raksasa ini bertelur. Tampak di dekat lubang tersebut seekor komodo betina yang menjaga sarang.
Sepanjang trekking, ranger terus mengingatkan agar tetap waspada dan berhati-hati. Terutama saat berada di sekeliling pepohonan karena anak komodo biasanya tinggal di atas pohon. Jangan sampai tertiban atau kejatuhan ludahnya yang mengandung banyak bakteri. Itulah mengapa, para peserta trekking harus selalu berada dekat dengan rangernya. Agar lebih aman dan perjalanan trekking lebih nyaman.
Dari sepanjang jalan trekking tempat trekking di Pulau Rinca yang menurut saya paling berkesan adalah saat berada di Puncak Bukit. Saat saya berada di puncak bukit saya memberhentikan sejenak langkah saya dengan pandangan mata melihat sekeliling. Terhampar birunya laut yang bergradasi dengan birunya langit, ditambah dengan hijaunya pepohonan di kejauhan. Sungguh panorama yang indah dipandang, amat menenangkan mata. Kumpulan bebatuan dan ilalang semakin menambah keelokannya. Apalagi kala itu cuaca sedang bagus dan mendukung, pemandangan semakin luar biasa.
Tak terasa trekking pun usai, puas berpetualang di Pulau Rinca, saya lekas melanjutkan petualangan selanjutnya yaitu menuju Pulau Sebayur. Pulau Sebayur berada tepat di perbatasan Taman Nasional Komodo. Pulau ini bisa dicapai dengan menempuh perjalanan laut kira-kira selama setengah jam dari Pulau Rinca ataupun selama kira-kira 1,5 jam dari Pulau Labuan Bajo. Kala itu perjalanan kapal agak cepat, hanya sekitar satu jam kapal sudah merapat di dermaga Pulau Sebayur.
Pulau Sebayur dikenal oleh banyak pelancong sebagai salah satu di antara lokasi menyelam dan snorkeling yang paling bagus di Kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau ini disewakan oleh pemerintah kepada pihak asing dalam jangka waktu yang cukup lama, kurang lebih selama 30 tahun, investor asing yang menyewa tanah di Pulau ini membangun fasilitas penginapan yang luar biasa indahnya. Suatu kombinasi yang sempurna, pulau indah yang dikelilingi oleh laut, difasilitasi dengan resor yang menawarkan, laksana sebuah area pantai dan pulau pribadi.
Resor di pulau ini bernama Komodo Resort. Saya tidak menginap di sini. Dari luar, resor sangat terlihat antik sekaligus mewah, masing-masing kamar memiliki sebuah teras pribadi di mana orang bisa menikmati pemandangan laut. saya berpikiran suatu saat nanti ingin bulan madu di sini.
Saya juga merasa puas mengamati keindahan ekosistem penghuni dasar laut, mulai dari koral, terumbu karang, beragam jenis ikan cantik bisa diamati dengan bebas di sini.
Pulau sebayur meninggalkan bekas keindahan yang sampai sekarang masih terbayang di pikiran saya, dari sekian banyak pulau yang saya kunjungi di Indonesia, Pulau Sebayur termasuk menjadi pulau terfavorit bagi saya.
Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928, AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah. Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai (teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan, tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia, kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan wiraswasta dan lain-lain. Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928, AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah. Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai (teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan, tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia, kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan wiraswasta dan lain-lain. Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai macam flora dan fauna dan ekosistem memiliki beragam manfaat baik manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala terbatas) maupun manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa lingkungan, seperti udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut berada pada suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Taman Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi Bang, Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai Bama. Kondisi Umum Sejarah, Letak dan Luas Kawasan Sebelum tahun 1928, AH. LOEDEBOER seorang pemburu kebangsaan Belanda memiliki daerah Konsesi perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit. Beliau telah menaruh perhatian bahwa Baluran mempunyai nilai penting untuk perlindungan satwa mamalia besar. Pada tahun 1930 KW. DAMMERMAN yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor mengusulkan perlunya Baluran ditunjuk sebagai hutan lindung. Pada tahun 1937, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan Baluran sebagai Suaka Margasatwa dengan ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544. Selanjutnya ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dan Agraria RI dengan Surat Keputusan Nomor. SK/II/1962 tanggal 11 Mei 1962. Pada tanggal 6 Maret 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian se-Dunia, Suaka Margasatwa Baluran oleh menteri Pertanian diumumkan sebagai Taman Nasional. Kawasan TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai Klokoran, Desa Sumberanyar.Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi Resort Bama, Balanan dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN Baluran beriklim kering tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %, kecepatan angin 7 nots dan arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang kuat. Musim hujan pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi. Geologi dan Tanah Secara geologi TN Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar laut yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai daerah-daerah hutan mangrove. Tanah vulkanik berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia yang berbentuk suatu urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng gunung yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah. Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya kurang baik karena sebagian besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan baik. Tanah yang berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur, serta membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa pemakan rumput. Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur pada musim penghujan. Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan permukaannya menjadi pecah-pecah dengan patahan sampai mencapai kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat menyulitkan untuk kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai dengan musim. Hidrologi TN Baluran mempunyai tata air radial, terdapat sungai-sungai besar termasuk sungai Kacip yang mengalir dari kawah menuju Pantai Labuhan Merak, Sungai Klokoran dan Sungai Bajulmati yang menjadi batas TN Baluran di bagian Barat dan Selatan. Banyak dasar sungai yang berisi air selama musim penghujan yang pendek, akan tetapi banyak air yang meresap melalui abu vulkanik yang berpori-pori sampai mencapai lapisan lava yang keras di bawah tanah dan keluar lagi pada permukaan tanah sebagai mata air -mata air pada sumber air di daerah pantai (Popongan, Kelor, Bama, Mesigit, Bilik, Gatal, Semiang dan Kepuh), daerah kaki bukit (sumber air Talpat), pada daerah ujung pantai (teluk Air Tawar) dan air laut (dekat Tanjung Sedano). Pada musim hujan, tanah yang hitam sedikit sekali dapat ditembus air dan air mengalir di permukaan tanah, membentuk banyak kubangan (terutama di sebelah selatan daerah yang menghubungkan Talpat dengan Bama). Pada musim kemarau air tanah di permukaan tanah menjadi sangat terbatas dan persediaan air pada beberapa mata air tersebut menjadi berkurang. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kawasan TN Baluran berbatasan dengan dua desa yaitu Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi iklimnya yang kering dengan musim kemarau yang panjang membuat hasil pertanian di daerah ini kurang baik. Untuk menunjang kehidupannya penduduk sekitar kawasan sering masuk ke hutan untuk mencari buah asam, biji acacia, kemiri, gadung, kayu rencek dan pupus gebang. Mata pencaharian lain penduduk adalah nelayan, peternak, pedagang, pegawai negeri dan wiraswasta dan lain-lain. Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2015. PUSAT INFORMASI KEHUTANAN Template Design by Creating Website Published by Mas Template